18 May 2008

Mental Miskin Orang Kaya

Sebentar lagi harga BBM akan naik. Pro kontra terjadi di mana-mana. Kelompok yang pro menyebutkan bahwa dengan kenaikan tersebut akan memperbaiki kondisi ekonomi secara makro, mengingat harga minyak dunia sudah menembus angka $129 per barelnya dan berdampak kepada semakin melambungnya rupiah yang mesti disubsidi pemerintah untuk masalah BBM ini. Sedangkan yang kontra tentunya lebih memikirkan dampak ekonomi jangka pendek. Di saat krisis harga pangan yang masih terus berlanjut, naiknya harga BBM tentunya akan makin membuat rakyat menderita dengan kenaikan-kenaikan harga barang lainnya yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM ini.
Di satu sisi, banyak yang memanfaatkan momen ambang tunggu ini dengan menimbun BBM yang membuat antrean karena berkurangnya pasokan BBM terjadi di mana-mana. Para oknum ini berharap mereka akan mendapatkan keuntungan singkat pada saat harga BBM telah dinaikkan nantinya.
***
Jujur gw adalah orang yang gak terlalu peduli dengan kenaikan harga BBM ini. Gw cuma naik motor dan selalu menggunakan BBM non-subsidi swasta dari perusahaan asing Amerika yang makin lama makin mahal harganya, kini telah Rp10.000/liternya.  Puji Tuhan walaupun gw bukan orang yang berlebih dan gaji gw gak gede-gede amat tapi gw merasa malu untuk membeli BBM dengan harga subsidi. Bukan gengsi, tapi gw merasa masih banyak orang-orang dengan kemampuan minim yang lebih pantas dan berhak untuk mendapatkannya terutama angkutan umum non taksi.
Gw berfikir gw gak akan menjadi miskin hanya dengan membeli BBM non-subsidi setiap dua hari sekali. Tapi yang gw lihat malah sebaliknya, di sekeliling gw banyak teman yang gw anggap lebih mampu dari gw tapi selalu menggunakan BBM bersubsidi dan menjadi khawatir dengan kenaikan harganya nanti. Di SPBU Pertamina saja gw lihat mobil-mobil eropa keluaran terbaru ikut-ikutan mengantri mengisi BBM bersubsidi. Padahal mampu membeli mobil mewah harusnya juga mampu membeli BBM non-subsidi. Menjadikan mereka sebagai orang-orang kaya yang bermental miskin. Lebih baik menerima daripada memberi!
Ternyata mental miskin orang kaya ini juga terjadi pada hal-hal lain. Lihat saja di berbagai pertokoan banyak orang-orang kaya yang sibuk memilih-milih film DVD bajakan. Gw juga menjadi bagian dari hal ini. Dengan tenangnya dan tanpa merasa berdosa ikutan membeli produk bajakan secara terang-terangan.
Belum lagi gw melihat seorang bule dengan nyamannya menenteng dua plastik besar yang berisi game-game X-Box bajakan di sebuah pertokoan. Senang sekali tampaknya mereka, gaji ekspat tapi kok belanja dengan harga bajakan!
***
Untuk hal DVD buat gw ada sedikit pengecualian (bukan pembenaran). DVD bukan barang pokok. Boleh ada boleh nggak. Toh cuma hiburan dan kalo mau nonton yang lebih enak tinggal ke 21 cineplex yang saat ini makin murah harganya (thanks to Blitz!). Lain halnya dengan BBM yang merupakan hajat hidup orang banyak. Sudah saatnya membangun sebuah mental kaya orang kaya. Merasa malu telah merampas jatah rakyat kecil.
Pemerintah juga harusnya membuat sebuah sistem subsidi yang lebih jelas. Jadi subsidi tetap diperlukan untuk rakyat kecil dan tak boleh diselewengkan oleh orang-orang kaya. Atau jika bisa menggunakan BBM alternative yang tidak tergantung dari harga minyak dunia. Seperti sistem konversi dari minyak tanah menjadi LPG yang saat ini sudah bisa dirasakan manfaatnya oleh banyak rakyat kecil.