19 July 2015

7 Langkah Menjadi Konsumen Media Online Yang Cerdas

Indonesia dengan rakyat ±250 juta jiwa memang pasar yang paling asyik buat menggoreng berita masalah konflik agama... Media online membuat hal tersebut lebih mudah dan cepat.

Apakah kita lantas menjadi anti dengan media online? Anti dengan berita? Tidak. Yang diperlukan adalah kemampuan melakukan literasi media. Lantas, bagaimana seharusnya kita mengonsumsi sebuah media online? Berikut adalah 7 langkah mudah dalam mengonsumsi media online yang dapat kita terapkan pada diri sendiri. Tidak mudah memang, namun dapat dilakukan.
  1. Saat kita membaca sebuah  media online, silakan cek bagian redaksionalnya. Media online yang kredibel akan secara jelas mencantumkan alamat dan kontak redaksi serta susunan Dewan Redaksi. Dalam dunia online, transparansi dan akuntabilitas media itu penting. Dalam komunikasi, isi pesan memang penting tapi kredibilitas komunikator juga tak kalah penting. Kita tak akan pernah tahu siapa yang menulis sebuah berita dan apa maksudnya… Jangan-jangan yang menulis itu jin atau dedemit. Mau kita percaya dengan dedemit?
  2. Tulisan berupa fakta harus jelas dapat dibedakan dengan interpretasi atau opini, sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik Pasal 5 “Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dari kecepatan serta mencampuradukkan fakta dan opini sendiri. Tulisan berisi interpretasi dan opini wartawan agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya.” 
  3. Jika kita menerima sebuah foto atau gambar yang belum jelas sumbernya, silakan dicek melalui Google Image SearchKita akan menemukan situs mana saja yang telah memuat gambar tersebut dan bisa ditelusuri berita aslinya. Di era digital ini, bukan hanya manipulasi gambar semakin mudah, namun juga sebuah gambar seringkali ditambahkan kata-kata provokatif dan mengandung fitnah. 
  4. Jika sebuah berita di sebuah media online ternyata merupakan hasil saduran/kutipan dari media online lain, harap dicek pula sumber rujukan aslinya. Beberapa media online mainstream ternyata dengan mudah asal kutip dari media online abal-abal atau media online dengan berita-berita HOAX. Hal itu sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik Pasal 12 “Wartawan Indonesia meneliti kebenaran bahan berita dan memperhatikan kredibilitas serta kompetensi sumber berita.”
  5. Jika ada media online yang secara nyata menampilkan gambar jenazah korban (kecelakaan, kriminal) secara jelas, sudah pasti media tersebut melanggar Kode Etik Jurnalistik Pasal 3 “Wartawan Indonesia tidak menyiarkan berita, tulisan atau gambar yang menyesatkan, memutarbalikkan fakta, bersifat fitnah, cabul, sadis dan sensasi berlebihan.”
  6. Salah satu sifat prinsip dari media haruslah cover both sides. Jika sebuah media online secara tendensius hanya melihat dari satu sisi saja tanpa memperhatikan sisi lainnya maka sudah dipastikan media tersebut diragukan kredibilitasnya. Cara paling mudah bagaimana melihat apakah sebuah media memenuhi prinsip cover both sides adalah dengan melihat narasumber dari sebuah pemberitaan. Misalkan jika dalam sebuah peristiwa konflik dua kelompok, maka seharusnya narasumber berasal dari dua kelompok tersebut, tidak hanya satu kelompok saja. Berita tersebut akan tambah kredibel jika ditambahkan narasumber ahli dan mempunyai kompetensi dalam kasus tersebut, misalkan jika kasusnya tentang masalah hukum maka narasumber ahli harus berasal dari ahli hukum, bukan sosiolog ataupun politisi.
  7. Selalu bandingkan berita-berita kita dapatkan dengan media tradisional. Hirarki redaksional pada media tradisional membuat sebuah berita harus melalui beberapa tahapan verifikasi editor dan redaktur sebelum dipublikasikan. Media online memang mempunyai keunggulan masalah kecepatan berita, tapi belum tentu ketepatan berita.
Jika ada pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan pemberitaan media tersebut maka dengan mudah dapat melakukan HAK JAWAB atau meminta klarifikasi media tersebut. Jika dibutuhkan, media tersebut dapat dilaporkan ke Dewan Pers melalui tautan ini.

Kita semua bertanggung jawab atas semua informasi yang kita sebarkan. Kecerdasan bukan hanya masalah intelektual, namun juga emosi dan spiritual... Jadilah konsumen yang cerdas dan tidak malas...

No comments: